Tazkiyah

Covid19 dan Sebuah Peringatan

Saya ingat betul waktu peringatan pertama corona wuhan (nama waktu itu) persis sebelum imlek januari lalu, saat sedang di KL. 

Vietnam paling tanggap merespon, memblokade arus dari-ke china tanpa kompromi.

Malaysia juga meskipun lebih longgar, esok harinya di stesen-stesen mrt hampir semua bermasker & jaga jarak. Mufti kerajaan mengkomando masjid2 bermunajat.

Begitu pulang saya kira akan ketat di imigrasi, ternyata tidak. Semua normal saja. Seperti ‘pura-pura tidur’.

4 bulan berlalu, Vietnam sukses besar menekan covid19. Malaysia, lumayan. Padahal ekonomi mereka juga bergantung pada arus lalu lintas manusia. Indonesia, bingung.

Nah, peringatannya sama, responnya beda. Ternyata sangat berdampak pada hasil akhirnya. 

Dalam hidup, Allah selalu memberi kita peringatan dengan segala macam kejadian.

Ibarat naik pesawat kemudian turbulens, ada yang berdzikir & berdoa, ada yang malah mengusir cemas dengan tidur. Turbulensinya sama, responnya beda. Peringatannya sama, responnya beda.

Maka Allah merincikan sifat orang yang selamat sebagai ibadurrahman pada QS Furqon : 73 :

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (QS. Al Furqon: 73).

Al Hasan Al Bashri berkata,

كم من رجل يقرؤها ويخر عليها أصم أعمى.

“Betapa banyak orang yang membaca dan dihadapkan padanya ayat-ayat Allah, namun ia tidak mendengar dan tidak pula melihat”.

Begitulah kira-kira, begitu banyak nasihat, hikmah dan peringatan di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita, mau jadi vietnam, atau pura-pura tidur seperti Indonesia?

Kita tidak begitu sedih dengan perginya ramadhan, karena dia akan kembali. Namun kita akan benar-benar sedih, ketika ramadhan kembali, ternyata kita yang sudah pergi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *