Hati Yang Keras
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.” (Al-Fawa’id, hal. 95).
Orang yang keras hatinya ; tidak akan lagi merespon dengan baik perintah dan larangan Allah, karena terhambat kotornya hati.
Setan leluasa menguasai hatinya, membuat mereka selalu berargumen untuk mempertahankan kebatilan mereka, mendebat dan membangkang kepada Allah dan rasul-Nya.
Orang yang hatinya keras ; tidak bisa lagi memetik pelajaran & nasehat, tidak bisa mengambil faedah dari ayat dan peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti.
Orang yang hatinya keras, tidaklah dia menambah kesungguhannya dalam menuntut ilmu melainkan hal itu semakin mengeraskan hatinya.
INI HUKUMAN BERAT, akhi/ukhti!
Mari kita hitung-hitung diri, jangan-jangan kerasnya hati sudah membuat kita bermudah-mudah dalam bermaksiat.
Jangan-jangan kerasnya hati membuat kita mengentengkan shalat dan suka mendebat syariatNya.
Jangan-jangan kerasnya hati membuat kita tidak bisa lagi menangis saat shalat dan berdoa.
Maka sangat wajar, apabila Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan kita bahwa,
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi hakekat ilmu itu adalah rasa takut.”
Abdullah anak Imam Ahmad pun pernah bertanya kepada bapaknya, “Apakah Ma’ruf al-Kurkhi itu memiliki ilmu?!”.
Imam Ahmad menjawab, “Wahai putraku, sesungguhnya dia memiliki pokok ilmu!! Yaitu rasa takut kepada Allah.”