
Ketika Rasulullah Ditantang Pendeta Yahudi Terhebat
Menjadi Asbabun nuzul surat Kahfi adalah ketika kafir Quraisy bersekongkol dengan pendeta yahudi paling pintar untuk menantang Rasulullah ﷺ menjawab 3 pertanyaan sulitnya. Yang jika mampu dijawab maka mereka akui bahwa Rasulullah benar-benar Nabi yang diutus.
Pertanyaan itu tentang sekelompok pemuda yang pergi pada masa terdahulu, tentang seorang laki-laki penjelajah sehingga mencapai belahan bumi sebelah timur dan barat, serta tentang ruh.
Maka cukup menjadi bukti nyata ketika kita merenungi surat Kahfi, tentang asbabun nuzulnya dan maknanya. Bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang patut disembah.
Setelah menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ adalah manusia biasa yang tidak tahu hal gaib kecuali wahyu dari Allah saja. Allah jawab dengan gamblang kekufuran mereka atas tanda ilahi. Bahwa mengapa hanya ini yang ditanyakan, padahal banyak sekali tanda kekuasaan Allah yang lebih hebat.
Maka ada tiga poin penting yang tersirat. Yang pertama, tentang aqidah.
Lihat betapa rapihnya arahan surah Al-Kahf dari awal hingga akhir dalam mendakwahkan tauhid, mengingkari kemusyrikan, menetapkan wahyu, dan membedakan secara mutlak antara Zat Ilahi dan hal-hal yang baru.
Allah tegaskan mudah bagiNya menjaga Ashabul Kahfi tidur 300 tahun lebih dengan kronologi yang detail.
Sebagaimana Allah mematikan Uzair yang malah disembah kaum yahudi dan disebut sebagai putra Allah. Kemudian menghidupkannya kembali 100 tahun kemudian sebagai tanda kekuasaannya.
Sebagaimana Allah dengan mudahnya memberikan mukjizat kepada nabiyullah Isa alaihissalam yang malah disembah dan disebut sebagai anak tuhan. Yakni mukjizat menyusun dan menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
Sebagaimana pula Allah mudah menjadikan bumi ini tandus atau subur, membuat celaka dan bahagia manusia, meggerakkan matahari membawa siang-malam, gerhana, atau terbit dari barat sebagai tanda kiamat nanti.
Allah dengan mudahnya membuat nutfah menjadi manusia, mendatangkan hujan, menyuburkan tanaman, lihat perkembangan janin yang begitu teraturnya. Semua di luar kendali manusia, dan mustahil terjadi begitu saja.
Yang kedua, tentang koreksi atas metode berpikir dan menganalisis.
Terlihat nyata dalam pengingkaran terhadap pengakuan palsu orang-orang musyrik yang mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu atau atas dasar keterbatasannya.
Sebagian orang melampaui batas dengan inkonsistensinya sampai menganggap semua agama sama, menganggap tuhan bersatu dengan alam, bahkan menganggap tuhan tidak ada. Tidak lain karena kesombongan sedang pola pikirnya terbatas.
Dan ketiga, tentang arahan Allah kepada manusia agar menetapkan sesuatu sesuai dengan pengetahuannya dan tidak melampauinya. Sedangkan masalah yang tidak diketahuinya diserahkan urusannya kepada Allah.
Terlalu besar kekuasaan Allah jika kita mau berpikir. Namun sifat manusia yang selalu offside dengan nafsunya, melakukan bid’ah sampai-sampai mereka sendiri tidak merasa sedang menentang Allah, turun temurun.
Maka manusia paling merugi adalah orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan denganNya. Ini sama sekali tidak ada harganya, walaupun mereka menyangka telah berbuat sesuatu.
