Aqidah

Start/stop engine button

Anak saya yang waktu itu belum genap 2 tahun, sudah begitu bangganya bisa menghidupkan mobil sendiri.

Pikirnya, tombol bulat kecil ini yang membuat mobil berjalan. Dia belum tahu ternyata tombol itu hanya pemicu arus, ternyata ada accu, gearbox, mesin, dan ada sumber energi dari kilang minyak nun jauh di sana yang membuat mobil bergerak.

Sebagian atheis, memiliki pemikiran seperti anak kecil tadi. Sudah merasa paling tahu padahal baru tahu “kulitnya” saja.

Saking seringnya tombol ditekan, dan selalu direspon dengan nyalanya mobil, membuat anak-anak berfikir tombol mungil itu yang berperan menyalakan mobil. Sebagaimana para atheis berfikir bahwa benda-benda materi lah yang bekerja mengatur hukum semesta. 

Mereka mengira semua gejala alam seperti panas, dingin, sehat, sakit, gerak, diam, cinta, benci, lahir, mati, semua itu terjadi begitu saja seperti start stop button engine itu. 

Padahal kalau mau berpikir sedikit lebih dalam saja, kita akan tahu ternyata benda alam, sifatnya, aksi reaksinya, semua ciptaan Allah dan diatur Allah sendirian. Wahdaniyat fil af’al. tanpa campur tangan benda/makhluk. 

Hanya saja, Allah memudahkan manusia dengan membuat tombol-tombol alam, menjadikan sebab akibat yang dirangkai sedemikian rupa membentuk fitrah kehidupan dunia.

Dulu Sufyan ats-Tsauri pernah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya, mana lebih dulu malam atau siang? Dia menjawab, “Bukankah kamu mengetahui bahwa ketika langit bumi dulu masih bersatu, tidak ada keduanya kecuali kegelapan? Itu agar kamu mengetahui bahwa malam itu telah ada sebelum siang.”

Ini berdasarkan perenungan atas petunjuk Allah,

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Dan apakah orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al Anbiya : 30).

Sebenarnya akal manusia mempunyai kesiapan untuk mengkaji gejala alam dengan dalil dan petunjuk dari Allah. Namun sering terlanjur tertutup oleh kesombongannya.

Sebagaimana firman Allah,

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah, yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka.” (QS.Saad | ayat: 27).

Maka ketika kita tanggalkan kesombongan dan berpikir sedikit lebih dalamkita akan menemukan banyak hikmah yang datangnya hanya dari Allah. Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *