Fikih

Ucapan Tarahum

Tentang tarahum, ringan di mulut namun begitu penting, sangat penting. Karena doa untuk orang yang sudah meninggal adalah bagian dari ibadah.

Doa itu pedang bagi mukmin, doa itu tingkatan terpenting dalam ubudiyah. Saking pentingnya doa maka Islam mengatur sedemikian detail dalam doa.

Dan di antara sunnah ta’ziyah adalah ucapan tarahum, mendoakan maghfirah / ampunan bagi mayit, dan mendoakan bagi keluarga mayit.

Rasulullah bersabda,

إن العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه، وإن القضاء لا يرده إلا الدعاء،

 وإن الدعاء مع القضاء يعتلجان إلى يوم القيامة، وإن البر يزيد فيالعمر

“Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur.” 

(HR. Ahmad no. 22438, Ibnu Majah no. 22438)

Lihat, dikatakan takdir dan doa ‘saling mendahului satu sama lain’. Allah  yang menakdirkan dan mencegah segala sesuatu baik dengan sebab doa, sedekah, atau amal salih. 

Karena takdir dan doa saling mendahului, maka jika takdir sudah terjadi, doa menjadi mustahil. Misal, kita mendoakan agar kerabat yang sudah meninggal bisa kembali hidup lagi, maka ini mustahil. Dan doa seperti ini terlarang.

Pun juga ucapan tarahum, ketika kita mengatakan semoga husnul khatimah (akhir yang baik) bagi mayit maka ini menjadi doa yang kurang tepat. Karena masa khatimnya (akhirnya) sudah dia lewati. 

Sedemikian hingga doa yang lebih tepat adalah doa agar mayit diberikan ampunan dan rahmah Allah Ta‘ala, dan agar keluarganya yang beragama Islam yang ditinggalkan diberikan pahala dan kesabaran.

Adapun doa ‘semoga husnul khatimah’ lebih tepat diperuntukkan orang yang akan meninggal, terutama untuk kita sendiri. Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *