Aqidah,  Fikih,  Tazkiyah

Membaca Al Fatihah Dalam Shalat

Surat Al Fatihah disebut Nabi sebagai surat paling agung. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu’anhu yang disebutkan Imam Bukhari rahimahullahdalam Sahihnya di Kitab Tafsir al-Qur’an, hadits 4474.

Surat Al Fatihah juga menjadi keistimewaan Nabi yang tidak dimiliki nabi lainnya. Ibnu Abbas berkata bahwa, Jibril pernah duduk dekat Nabi dan mereka mendengar ada suara dari atas. Jibril mengatakan, ‘Ini adalah pintu di langit, hari ini terbuka, belum pernah pintu ini dibuka selain hari ini’. 

Lalu turun seorang malaikat. Jibril mengatakan, ‘Ini adalah malaikat, dia turun ke bumi dan dia belum pernah turun kecuali hari ini’. Lalu malaikat itu memberi salam dan berkata,

أبشر بنورين أوتيتهما لم يؤتهما نبي قبلك فاتحة الكتاب وخواتيم 

سورة البقرة لن تقرأ بحرف منهما إلا أعطيته.

“Kabar gembira dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, yang tak pernah diberikan kepada seorang nabipun sebelumnya : Al Fatihah dan beberapa ayat terakhir di surat Al Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu hurufpun darinya kecuali kamu akan diberi. (HR Muslim 1913, Nasa’i 920).

Tatkala kita membaca al fatihah saat shalat, maka hendaknya kita baca dengan tenang dan berhenti sejenak dalam setiap ayat. Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي 

مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ 

تَعَالَى: حَمِدَنِيعَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى:

 أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي 

عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّعَبْدِي – فَإِذَا قَالَ:

{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي 

مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَأَنْعَمْتَ 

عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, “Aku membagi shalat antara diriKu dan hambaKu menjadi dua. Untuk hambaKu apa yang dia minta. Ketika hambaKu membaca ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’, Allah Ta’ala berfirman, ‘HambaKu memujiKu’.

Ketika hambaKu membaca, ‘Ar-rahmanir Rahiim’. Allah Ta’ala berfirman, ‘HambaKu mengulangi pujian untukKu’.

Ketika hambaKu membaca, ‘Maaliki yaumid diin’. Allah Ta’ala berfirman, “HambaKu mengagungkanKu.” Dalam riwayat lain, “HambaKu telah menyerahkan urusannya kepadaKu.”

Ketika hambaKu membaca, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in’. Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diriKu dan hambaKu, dan untuk hambaKu sesuai apa yang dia minta.”

Ketika hambaKu membaca, ‘Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat’. Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hambaKu dan untuk hambaKu sesuai yang dia minta.”

(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan lainnya).

Hadits ini menunjukkan bahwa Al Fatihah adalah rukun Shalat, karena Allah menyebut Al Fatihah dengan kata shalat. Disebut shalat, karena surat ini dibaca saat shalat. Dan yang membaca surat ini ketika shalat, hakekatnya sedang melakukan dialog dengan Rabbnya.

Allah membagi bacaan Al Fatihah dalam shalat menjadi 2, setengah untukNya di bagian awal, bentuknya adalah pujian untuk Allah, mulai ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’ hingga ‘Maliki yaumiddin.

Dan setengahnya untuk hambaNya, yaitu doa memohon petunjuk agar seperti orang yang telah mendapat nikmat.

Terdapat satu ayat terbagi dua, iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Iyyaka na’budu, ini untuk Allah, dan iyyaka nasta’in, ini untuk hamba.

Bagi yang merasakan kelezatan shalat pasti tahu bahwa tidak ada rukun shalat lain yang layak menempati posisi rukun takbiratul ihtam dan membaca surat al fatihah.

Setiap rukun shalat memiliki rahasia serta efek tersendiri, pun nilai ibadah yang tidak terdapat pada rukun lainnya. Dalam firman Allah, “segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam” terdapat itsbat kesempurnaan Allah dalam sifat, perbuatan maupun namaNya.

Maka ini tanzih mensucikan Allah dari segala kekurangan dan sifat makhluk. Semua perbuatanNya mengandung hikmah, rahmat, mashlahat dan keadilan dan tidak sedikitpun meleset dari itu. Semua sifatNya sempurna mulia, namaNya baik seluruhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *