Bisnis

Tak Ada Nasi Simit Pun Jadi

Setelah tiga masjid, Istanbul memiliki keterikatan hati tersendiri. Kota ini tempat awal belajar, tempat kulakan ide, pun juga tempat jalan-jalan. Anak kedua dan ketiga kami pun masih terkait dengan kota ini.

Kini nama negaranya berubah menjadi Turkiye. Mungkin semacam menjadi harapan baru, representasi dan ekspresi terbaik dari budaya, peradaban, dan nilai-nilai negeri mereka yang semakin memudar.

Budaya turkiye dan peradaban aslinya begitu kental dengan syariat Islam. Misalnya jendela ‘ajaib’ di rumah tradisionalnya, yang sengaja dibuat tertutup dan bisa memutar dua sisi, menghubungkan dapur dengan ruang tamu, dimana jendela tersebut berfungsi mensajikan makanan sehingga para wanita di dapur bisa mensajikan makanan tanpa harus menampakkan diri ke ruang tamu. Pun juga bisa berfungsi sebagai isyarat diterima tidaknya lamaran ketika prosesi khitbah. 

Baju tradisionalnya juga begitu identik dengan syariat Islam : menutup aurat sempurna, tidak tipis, tidak sempit, tidak menarik perhatian, dan seterusnya. Bahasanya banyak berasal dari serapan kosakata Arab, dan sebagian besar mereka justru lebih mengerti bahasa arab ketimbang bahasa Inggris, terutama orang-orang tua.

Seperti di negara Arab, maghreb dan negara Islam lain, Turkiye juga tak lepas dari teh, atau kopi. Kalau di Indonesia, teh paling nikmat adalah teh warung, yang rasanya ringan. Sedangkan teh di Turkiye rerata pekat, seperti teh pelancar ASI, Asi Booster Tea. 

Orang Eropa mengenal kopi pada abad 16 juga dari orang Turkiye. Kopi itu konon dari Arab, dari bahasa Arab, kemudian mengalami berbagai distorsi bahasa, sampai akhirnya menyebar : Qahwah – kahve – coffee – kopi, begitu juga bunga Tulip itu asalnya dari Turkiye.

Ala kulli hal, ada yang suka kopi, ada pula yang suka teh. Teh atau kopi memiliki rasa yang khas, bisa diterima sebagian penggemarnya namun bagi yang tidak suka maka dia akan tertolak. Berbeda dengan air putih, dia tak memiliki rasa, bau, juga warna. Maka air putih bisa diterima bahkan dibutuhkan oleh semua orang. 

Jika kita perhatikan, semua agama selain Islam mencirikan sesuatu yang spesifik yang hanya orang tertentu yang bisa menerimanya. Seperti teh atau kopi, agama selain Islam mencirikan ras tertentu, letak geografis tertentu, atau pengikut orang tertentu.

Maka ajaran tauhid, Islam yang mengajarkan berserah diri kepada Tuhan yang Esa serta menafikan segala bentuk penyembahan kepada makhluk baik itu nabi, malaikat, dan lainnya, layaknya air putih, tidak condong kepada kelompok atau ikon tertentu. Islam adalah satu-satunya agama yang benar untuk seluruh manusia. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *