Fikih,  Tazkiyah

Mengejar Ibadah Di Raudhah Itu Bagus, Tetapi Jangan Melalaikan Yang Lebih Wajib Atau Lebih Utama

Ba’dha maghrib, sedang pasang sepatu sambil berbincang dengan takmir yang berjaga di pintu 30 Nabawi, mau mengantarkan anak tengah ke ibunya di pintu 28. Tetiba gemuruh datang, gerudukan ibu-ibu melayu dan Turkiye dorong-dorongan berebutan mengepung kami, mereka hendak menyerbu masuk pintu 30 tempat kami duduk. Akhirnya terpaksa jadi translator dadakan, menjelaskan bahwa ini pintu untuk lelaki, (raudhah untuk wanita baru dibuka ba’da isya’). Singkat cerita, para askar bergegas pasang tali pembatas dan ibu-ibu berdiri berdesakan menunggu pintu dibuka hingga akhirnya sebagian besar tak ikut shalat isya’ bersama imam.

Memang betul shalat dan memperbanyak ibadah raudhah disyariatkan. Terdapat riwayat dari Yazid bin Abi ‘Ubaid, ia berkata, “Aku datang bersama Salamah bin Al Akwa’, lalu shalat di Raudhah syarif. Aku berkata, Wahai Abu Muslim, mengapa engkau sengaja shalat di Raudhah. Ia lantas menjawab, “Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersengaja shalat di Raudhah” (HR. Bukhari 502 ; Muslim 509). Namun seharusnya jangan sampai kita semangat mengerjakan yang sunnah kemudian malah melalaikan yang wajib atau lebih utama, sampai saling dorong dan merugikan orang lain, bahkan sampai lebih memilih melewatkan shalat isya’ berjamaah dengan imam hanya demi mendapatkan yang sunnah.

Kami pernah menuliskan di fahmiakbar.com tentang 6 prioritas iblis dalam menyesatkan manusia, yang poin keenamnya adalah dengan merusak prioritas ibadah sehingga manusia lebih perhatian terhadap yang kurang utama dibanding yang lebih utama.

Maka coba kita lihat penjelasan ulama tentang hadits keutamaan Raudhah, dimana Nabi bersabda,

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

“Antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman surga.” (HR. Bukhari 1195 & Muslim 3434).

Sebagian ulama mengatakan makna hadits ini sesuai dzahir teksnya, bahwa antara rumah dan mimbar Nabi di hari kiamat akan dijadikan taman surga. Sebagian lain mengatakan, ibadah di sana akan mengantarkan seseorang menuju surga.

Sebagian lain ulama mengatakan bahwa hadits ini majazi, yang maknanya tempat antara rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mimbar beliau disebut sebagai Raudhah karena dulu di tempat inilah wahyu disampaikan, ilmu ditularkan, iman ditumbuhkan. Dan pendapat ini yang dirajihkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari. 

Sedemikian hingga, kesempatan untuk mendapatkan keutamaan Raudhah sebenarnya bisa juga didapatkan di tempat-tempat dimana wahyu disampaikan, Al-Quran dan Sunnah diajarkan, ibadah dan ketaatan ditegakkan, di tempat semacam itulah rahmat Allah diturunkan. Sebagaimana sabda

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain tentang makna riyadhul jannah,

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ، فَارْتَعُوا “، قَالُوا: 

وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: ” حِلَقُ الذِّكْرِ

“Apabila kalian melewati riyadhul jannah, mendekatlah. Sahabat bertanya, “Apa itu riyadhul jannah?” beliau bersabda, “Halaqah ilmu.” (HR. Tirmidzi 3852, Ahmad 12523 ; dishahihkan Al-Hakim)

Adapun tentang pahala ibadah di Raudhah, Dalam Majmu’ Fatawa Syaikh Al ‘Utsaimin mengatakan bahwa seluruh tempat di masjid Nabawi  dalam hal pahala adalah sama. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ 

إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya kecuali masjidil harom.” (HR. Muslim 1394).

Sedangkan keyakinan apakah berdoa di raudhah lebih mustajab daripada tempat lain di Masjid Nabawi, sampai saat ini kami belum menemukan dalil sharih yang menunjukkan hal ini. Terlebih seringkali terjadi bahwa tenar itu belum tentu benar. Allahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *