Aqidah,  Tazkiyah

Terperdaya Husnudzan yang salah

Apa jadinya jika seorang staf, ia suka bolos dan ‘mokong’ dengan bosnya, kemudian dengan santainya ia mengatakan bahwa bosnya itu pemaaf, tanpa rasa bersalah. Tentu bosnya akan semakin marah. Namun akan berbeda jika ia menyesal dan merengek maaf dengan tulus, maka ia akan dimaafkan.

Dengan permisalan yang jauh lebih tinggi, di antara nama Allah ﷻ adalah (التواب) At-Tawwab yang Maha menerima Taubat, (الغفور) Al-Ghofur yang Maha Pengampun, dan (الغفار) Al-Ghoffar yang Maha Pengampun dengan ampunan yang banyak. Allah Maha Pengampun dan akan mengampuni orang yang hendak bertaubat. Allah berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ 

إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar : 53)

Lebih dari itu, Allah bahkan justru mencintai orang-orang yang bertaubat, sebesar apapun kesalahan kita. Di ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan “Wahai hamba-hambaKu“, padahal ia bermaksiat namun Allah sebut mereka tetap hamba-hamba Allah.

Kalaulah kita berbuat salah dengan seseorang kemudian kita minta maaf, bisa saja kita dimaafkan namun bagai gelas yang terlanjur retak, orang itu tetap benci dengan kita. Namun tidak dengan Allah. Kita berbuat dosa kemudian kembali kepada Allah, Allah justru cinta dengan kita. Allah berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah : 222)

Sungguh Allah sangat mencintai orang-orang yang gemar bertaubat dari maksiat dan bersungguh-sungguh dalam bersuci dari segala macam kotoran.

Namun sebaliknya jika ia berbuat dosa dan ia meremehkan dosa-dosanya. Maka sungguh tak akan datang suatu musibah atau hilang suatu nikmat melainkan karena perbuatannya sendiri. Allah telah mengingatkan,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ibnul Qayyim mengatakan, di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana.

Sebuah maksiat dan dosa mungkin dampaknya tak langsung kelihatan, dan jika setiap hari ia sepelekan bahkan terlupakan, maka suatu saat ia akan menjadi ledakan yang mengejutkan. Ibarat setiap hari tanpa batas ia makan gula manis, nikmat enak, namun tetiba suatu hari baru tersadar ternyata itu racun yang membuatnya mengidap  penyakit akut dan kronis.

Maka sebelum kejadian ayolah berhenti. Sebelum taubat menjadi tak bermanfaat lagi seperti nasib firaun dan kaum Ad, menjauhlah dari teman-teman buruk itu, beralihlah kepada ketaatan dan amal shalih sehingga musibah berhenti dan nikmat-nikmat Allah berdatangan kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *