Aqidah,  Tazkiyah

Manusia Mulia Karena Akal, Rendahpun Karena Akal

Manusia itu makhluk paling mulia, ia mulia karena Allah anugerahkan akal. Namun manusia bisa saja tak mulia lagi, bahkan lebih rendah kedudukannya dibanding hewan. Yakni ketika akalnya telah rusak, atau akalnya tertanggalkan. 

Itulah mengapa Allah melarang perbuatan yang merusak akal, sebagai bentuk penjagaan Allah atas kemuliaan manusia dibanding makhluk lain. Allah melarang khamr dan perjudian, karena keduanya merusak akal. Allah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ ..

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. ..”

Manusia memang makhluk paling mulia karena akalnya, dengan akalnya ia berpikir, dengan pikirannya ia akan semakin bersyukur, dan dengan syukurnya ia akan semakin menambah kualitas dan kuantitas ibadahnya. 

Namun manusia akan seketika menjadi bodoh ketika ia bermaksiat, karena tetiba ia menjadi lupa akan kebesaran Allah, ia lupa akan pengawasan detail Allah. Bahkan bisa jadi lebih rendah dari hewan, yang sekalipun tanpa akal mereka tetap bertasbih mengingat Allah.

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan,

كفى بخشية الله علما وكفى بالاغترار بالله جهلا

“Cukuplah rasa takut kepada Allah menjadi ilmu, dan cukuplah perasaan tertipu dengan rahmat Allah sebagai kebodohan.”

Dari sini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa menjelaskan,

والمقصود هنا أن كل عاص لله فهو جاهل ، وكل خائف منه فهو عالم مطيع لله ؛ وإنما يكون جاهلا لنقص خوفه من الله إذ لو تم خوفه من الله لم يعص . ومنه

“Maksudnya, bahwa setiap orang yang bermaksiat kepada Allah, maka dia bodoh. Dan semua orang yang takut kepada Allah, maka dia alim (berilmu), taat kepada Allah. Dia menjadi orang bodoh, karena kurangnya rasa takutnya kepada Allah. Karena, jika rasa takutnya kepada Allah sempurna, dia tidak akan bermaksiat.“

Maka bagaimanapun keadaanmu, jangan berhenti mengingat Allah. Jangan berhenti beristighfar, dan ingatlah kata pepatah,

لا صغيرة مع الاستمرار ولا كبيرة مع الاستغفار

“Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan terus-menerus, tidak ada dosa besar apabila diiringi dengan istighfar.”

Ingatlah pula bahwa Ibnul Qayyim rahimahullah pernah mengutip perkataan Bilal bin Sa’ad dalam Ad Daa’ wa Ad Dawaa’,

لا تنظر إلي صغر المعصية, و لكن انظر من عصيت

“Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat.”

Kata syaikh Al Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail,

أنت عندما تقول: أستغفر الله، تسأل الله شيئين: الأول: ستر الذنب. والثاني: التجاوز عنه، بحيث لا يعاقبك الله عليه

“Ketika kau ucapkan astaghfirullah (aku memohon ampunan kepada Allah), kau sedang memohon dua perkara kepada Allah. Pertama, agar Allah menutupi dosamu. Kedua, agar Allah memaafkan dosamu sehingga Allah tidak mengadzabmu karenanya”.

Begitu pentingnya memperbanyak istighfar, dan sungguh beruntung bagi yang memperbanyak istighfar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *