7 Tips Jitu Agar Tidak Galau
Di antara fitrah manusia ialah tak bisa diam di satu kondisi netral. Sehingga jika kita tak disibukkan dengan hal yang baik maka kita akan disibukkan dengan hal yang buruk. Dan sejatinya manusia ketika dalam kondisi kosong maka ia akan gelisah.
Maka di antara cara melenyapkan galau, Pertama, dengan menyibukkan diri pada hal bermanfaat. Jangan biarkan hati kosong. Bisa dengan istighfar, dzikrullah, mengaji, mendengarkan kajian audio books, dan berbagai hal manfaat lainnya. Intinya jangan biarkan hati ini diam. Kata Ibnul Qayyim,
من أعظم الأشياء ضرراً على العبد بطالته وفراغه، فإن النفس لا تقعد فارغة، بل إن لم يشغلها بما ينفعها شغلته بما يضره ولا بد
“Bahaya terbesar yang dialami seorang hamba, adalah adanya waktu nganggur dan waktu luang. Karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disibukkan dengan yang manfaat, pasti dia akan sibuk dengan hal yang membahayakannya.”
Kedua, iringi dengan doa. Mintalah pertolongan kepada Allah. Minimal 17 kali sehari kita meminta pertolongan Allah dalam Al fatihah. Maka di antara cara ampuhnya adalah dengan memperbaiki kualitas shalat kita. Resapi setiap makna gerakan dan bacaan dalam shalat kita. Kami pernah menulisnya detail di buku “Istirahatkan dengan shalat”, semoga itu bisa membantu.
Ketiga, jangan merasa lemah dan hindari panjang angan, jangan sedikitpun merasa didzalimi oleh takdir, dan teruslah berdoa meminta kebaikan akhirat.
Berat atau ringannya hidup, susah senangnya, nikmat dan sakitnya, kalau itu membuat kita semakin dekat dengan Allah, semakin mau belajar, makin menambah kualitas dan kuantitas ibadah, maka itu bentuk kasih sayang Allah. Namun jika kesenangan ataupun kesedihan itu justru bikin kita menjauh dari Allah, protes dengan keputusan dan syariat Allah, maka itulah bentuk dicuekin Allah.
Tak selamanya angin berhembus seperti yang diinginkan sang nahkoda. Tidak semuanya di dunia ini sesuai dengan apa yang kita inginkan, bahkan dunia ini memang tempat ujian dan yang persis dengan yang kita ingin itu justru jarang terjadi.
Akan ada saja masalah, maka yang bisa kita lakukan adalah musayyaratul qadar, segera beradaptasi dengan takdir, Inilah sumber ketenangan dan keselamatan sekalipun bumi ini sedang gonjang-ganjing. Bersegeralah mengembalikan semuanya kepada Allah karena Allah yang Maha Mengatur dan Maha Menjaga, jika sudah begitu, selesai sudah semua masalah.
Keempat, terkadang Allah jadikan wasilah kegelisahan kepada hamba pilihanNya, agar ia bisa semakin dekat dengan Allah, agar ketika gelisah itu datang, ia bersegera memperbanyak istighfar, diikuti dengan ibadah hati dan amalan lainnya.
Kelima, ada tips khusus nan jitu penghapus kegelisahan. Di antaranya adalah dengan berwudhu’ dan shalat. Secara dzahir, berwudhu’ berarti membersihkan badan yang akan digunakan untuk shalat. Dan secara batin, berwudhu’ berarti membersihkan hati dari segala kotoran dengan taubat. Itulah mengapa Allah kaitkan taubat dengan thaharah,
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah : 222)
Keenam, jika dalam rangka kemashlahatan dan dibutuhkan, mencari solusi karena dia berilmu, seperti curhat ke psikolog atau ke dokter untuk pengobatan maka ini boleh, begitu juga bertanya ke ahli ilmu agama agar diberikan solusi juga boleh bahkan diperintahkan, sebagaimana firman Allah,
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka tanyakanlah kepada ahli ilmu jika kamu tak tahu”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah membahas hal ini dalam Majmu’ Fatawanya,
بل كثير من الناس يشكو ما به، وهذا على وجهين: فإن شكا ذلك إلى طبيب يعرف طب النفوس ليعالج نفسه بعلاج الإيمان فهو بمنزلة المستفتي وهذا حسن، وإن شكا إلى من يعينه على المحرم فهذا حرام، وإن شكا إلى غيره لما في الشكوى من الراحة كما أن المصاب يشتكي مصيبته إلى الناس من غير أن يقصد تعلم ما ينفعه ولا الاستعانة على معصية فهذا ينقص صبره، لكن لا يأثم مطلقا إلا إذا اقترن به ما يحرم كالمصاب الذي يتسخط
“Kebanyakan manusia suka mengadukan permasalahannya kepada orang lain, ini ada dua jenisnya: apabila dia mengadu kepada seorang dokter kejiwaan yang mengobatinya dengan pengobatan iman, maka dia sama seperti orang yang sedang meminta fatwa, dan ini satu hal yang bagus.
Apabila dia mengadu kepada seseorang yang akan menjerumuskannya kepada perbuatan yang haram, hukumnya haram.
Apabila dia mengadu kepada orang lain karena bisa memberikan ketenangan, seperti seorang yang ditimpa musibah lalu menceritakannya kepada manusia tanpa ada maksud untuk mengetahui hal yang bermanfaat dan tidak juga untuk meminta tolong dalam kemaksiatan, orang seperti ini kurang sabarnya, namun tidak berdosa kecuali diiringi perbuatan yang diharamkan, seperti tidak ridha saat ditimpa musibah.”
Ketujuh, kami punya dua buku yang biidznillah dijadikan sebab penghilang kegelisahan. Buku pertama berjudul “hidup hanya sebentar” dan yg kedua “istirahatkan dengan shalat”. Bisa didapatkan secara gratis via link di bio di instagram @fahminurulakbar . Allahul musta’an.