Aqidah,  Tazkiyah

Agar Tak Tersesat Di Tengah Jalan

Siapa yang lebih berilmu dan lebih bertauhid dari Rasulullah selain para Nabi, tentunya tak ada. Namun lihatlah doa apa yang diajarkan Rasulullah setelah menyebutkan tentang bahayanya syirik,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا قُلْتَهُ ذَهَبَ عَنْكَ قَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ

“Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh syirik itu lebih samar dibandingkan jejak kaki semut. Maukah kutunjukkan kepada kalian satu doa, jika kalian mengucapkannya, maka syirik akan menjauhimu yang sedikit maupun yang banyak.”

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku menyekutukan-Mu sementara aku menyadarinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu untuk yang tidak aku sadari.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 716 dan dishahihkan al-Albani).

Maka lihatlah bahwa di antara sebab utama agar istiqamah, agar tak tersesat di tengah jalan, kiatnya sangat sederhana, dengan menjaga hati kita. Sekedar menghadirkan perasaan butuh terhadap hidayah dan bimbingan Allah, jangan bersandar kepada akal dan tundukkan nafsumu pada dalil, gunakanlah akalmu untuk mencerna dalil. 

Dulu, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

قد يكون الرجل من أذكياء العالم.وأحدّهم نظراً ويعمه الله عن أظهر الأشياء

‏وقد يكون من أبلد الناس وأضعفهم نظرا

‏ويهديه الله لما اختلف فيه من الحق بإذنه

‏فلاحول ولاقوة إلا به فمن اتكل على نظره

‏واستدلاله أو عقله ومعرفته ، خذل

“Terkadang orang yang paling cerdas dan pintar dibutakan oleh Allah untuk melihat sesuatu yang amat jelas (kebenarannya).

Dan terkadang orang yang paling bodoh diberikan hidayah oleh Allah kepada kebenaran dalam masalah yang diperselisihkan dengan izinNya.

Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izinNya.

Siapa yang bersandar kepada kecerdasan dan kepintaran akal dan pengetahuannya maka akan dihinakan oleh Allah.”

Di sisi lain, Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata,

‏”لو أن المبتدع تواضع لكتاب الله وسنة نبيه، لاتبع وما ابتدع، ‏ولكنه أُعجب برأيه فاقتدى بما اخترع”.

Kalaulah ahli bid’ah itu tawadhu kepada kitabullah dan sunnah nabiNya, tentu ia akan ittiba’ dan tidak berbuat bid’ah. Tetapi ia merasa bangga dengan pendapatnya sehingga lebih mengikuti apa yang ia ada adakan.” (التذكرة في الوعظ)

Karena akal itu ibarah mata dan wahyu ibarat cahaya. Mata tak bisa melihat tanpa cahaya, jika dipaksakan maka akan menabrak sana sini. Cahaya yang terang pun jika matanya rusak, tetap susah melihat. 

Akal tanpa wahyu tak kan mencapai tujuannya, begitu pun wahyu yang dipahami dengan akal yang rusak, outputnya adalah hanya pendapat-pendapat yang lemah akibat salah paham. 

Dalam kesempatan lain Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

من تعوّد معارضة الشرع بالرأي لا يستقر في قلبه الإيمان

“Siapa yang terbiasa menyelisihi syari’at dengan pendapat. Maka biasanya imannya tidak akan kokoh.” (Dar’u Ta’arudh)

Semoga Allah melindungi diri kita dari kondisi kesombongan seperti ini. Allahul musta’an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *