Aqidah,  Tazkiyah

Kalau Seandainya Engkau Tahu

Di antara penyakit berbahaya yang dijangkiti manusia, adalah simplifikasi. Apapun kejadian, terlebih kejadian auditori maka ia akan cenderung menyepelekannya. 

Ketika ada bisnis baru yang berkembang, ia menganggap mudah, dan ketika ia mencoba menggarapnya barulah terasa kesulitan dan kerumitannya. Ketika orang mendapatkan musibah, ia biasa saja tak tersentuh bahkan menganggap ringan saja, dan ketika mendapatkan musibah yang notabene lebih ringan justru malah tak kuat.

Begitupun kebanyakan orang fasik ketika mendengar ancaman Allah tentang neraka, mereka begitu mudahnya mengatakan ‘di neraka kan hanya sebentar’ atau ‘biarlah aku yang masuk neraka’ dan kalimat kesombongan semisalnya. Padahal dibakar korek api tak sampai semenit saja ia pasti berteriak kepanasan bukan kepalang. 

Begitulah simplifikasi, kalau seandainya ia tahu yang sebenarnya maka ia tak akan lagi menyepelekannya. Bahkan dalam Zawaid Az Zuhud pernah dikutip, ‘Amr bin ‘Ash radhiyallâhu ‘anhu berkata, 

لو يعلم أحدكم حقيقة جهنم لصرخ منها حتى ينقطع صوته ولصلى حتى ينكسر صلبه

“Jika salah seorang di antara kalian tahu hakikat neraka Jahannam, pasti ia akan berteriak karenanya sampai suaranya habis, dan ia pasti akan shalat sampai pinggangnya patah.”

Kalau seandainya kalian tahu yang aku tahu, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.

Inilah perkataan Nabi tentang dahsyatnya hari akhir, dan begitu mengerikannya siksa Allah. Sebagaimana dalam hadits,

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا

“Demi Dzat yang dari Muhammad berada di tanganNya, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawanya.”

Tertawa boleh saja, namun kebanyakan tertawa akan mengeraskan hati. Dan semakin keras hatinya semakin pula tertawan hatinya, sekalipun berbagai kesenangan menghampirinya. Lihatlah orang yang paling banyak tertawa, justru yang paling banyak terjerat narkoba, begitu banyak masalahnya. Dan justru yang paling sering menangis, di antaranya para ulama, justru paling tenang hidupnya, mereka begitu menikmati kebahagiaan hakikinya.

Ini bukti kecil bahwa terlalu banyak tertawa akan mengeraskan hati, menutup pintu kedamaian, sehingga ia semakin terjerat dengan kesenangan semunya dan sesaatnya.

Orang yang di dunia banyak tertawa dan sedikit menangis, bisa jadi di akhirat ia akan lebih banyak menangis. Namun orang yang di dunia dia lebih banyak menangis karena takut kepada Allah, maka ia akan tenang dan tertawa bahagia melihat hasil amalannya kelak pada hari kiamat. Sebagaimana nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang secara makna disebutkan bahwa tidak akan terkumpul dua rasa aman dan dua rasa takut kepada seorang mukmin. 

Siapa yang merasa aman di dunia, maka diakhirat dia akan ketakutan. Dan siapa yang di dunia dia ketakutan, dia takut adzab api neraka sehingga ia pun taat perintah Allah dan menjauhi laranganNya, maka di akhirat dia akan merasa aman.

Maka silahkan pilih, mau senang sekarang namun hanya sebentar dan sisanya kesengsaraan abadi. Atau beramal dan taat kepada Allah yang hanya sebentar ini, dan nikmat kebahagiaan yang kekal siap menyambut kita di akhirat nanti. Allahul musta’an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *