Fikih,  Tazkiyah

Menyampaikan Itu Butuh Pertimbangan Matang (Dalil Lemah Malam Ied)

Ada sebuah idiom yang mengatakan, bahwa manusia butuh dua tahun untuk belajar berbicara, namun butuh berpuluh-puluh tahun untuk belajar diam. Maka rasanya ini sejalan dengan apa yang pernah ditulis Ibnu Hajar dalam Fathul Bari,

من تكلم بغير فنه أتى بالعجائب

“Barangsiapa yang berbicara tentang sesuatu yang bukan bidangnya, maka ia akan memunculkan banyak keanehan”

Isi pembicaraan, khatib dalam mimbar misalnya, akan mencerminkan bagaimana jangkauan pemahamannya. Jika ia sekedar menyampaikan dalil dan berbicara sesuai kapasitasnya maka akan terasa harmoninya, namun terkadang kita dapati khatib sekalipun gelarnya panjang, namun isi khutbahnya justru terasa keanehannya. Ini bisa dilihat dari caranya berbahasa arab, pemilihan diksi katanya, pemahaman syadznya, hingga dalil-dalil yang kurang tepat atau lemah bahkan palsu.

Di antaranya hadits lemah yang masyhur dan banyak disampaikan pada hari ied kemarin,

من قام ليلتى العيدين لله محتسبا لم يمت قلبه يوم تموت القلوب

Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha karena Allah dan mengharapkan ganjaran dari-Nya, hatinya tidak akan mati tatkala hati-hati itu mati.” (HR. Ibnu Majah 1782).

Hadits ini dilemahkan bukan oleh Al Albani, melainkan oleh An Nawawi dalam Al Adzkar, juga Al Iraqi, pun juga Ibnu Hajar mengatakan hadits ini gharib dan sanadnya mudhtharib.

Namun bukanlah berarti menghidupkan malam hari raya ‘ied tidak dianjurkan. Bahkan disunnahkan. Hadits ini secara makna tidak sepenuhnya salah, hanya saja titik kritisnya terletak pada keutamaannya.

Hadits ini terlanjur masyhur, dan dai yang jeli akan mempertimbangkan dengan matang, mengkomparasikan dengan realita yang ada. Banyak kasus, masyarakat serampangan menjadikan dalil ini sebagai tameng untuk menghidupkan malam ied sampai merusak prioritas ibadah. Mereka begadang sampai pagi sampai-sampai terlewat shalat shubuh yang wajib, pun juga tak sedikit dari mereka wajahnya malah tak muncul di lapangan ied. 

Maka rasanya ini butuh perhatian lebih karena kita tahu dulu Ibnul Jauzi mengingatkan kita bahwa talbis iblis itu tak hanya menjadikan manusia malas, melainkan juga terkadang justru membiarkan manusia getol melakukan ketataatan namun mereka digiring agar melenceng dan menyimpang sehingga merusak prioritas ibadah mereka. Allahul musta’an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *