Jangan Terpaku Pada Yang Kasat Mata
Hampir tidak ada efek instan dari olahraga selain letih dan sakit badan. Namun lihatlah hasilnya setelah sebulan, setahun, satu dekade ke depan.
Manusia terbiasa instan, keburu melihat hasil, padahal fitrah di dunia adalah harus berproses. Butuh ketekunan, kesungguhan, dan kesabaran. Begitupun dalam bisnis, kebanyakan orang menyerah di fase awal karena keburu ingin melihat hasil, padahal prosesnya panjang.
Apatah lagi dalam hal yang lebih abstrak, perkara doa misalnya, terkadang seseorang baru beberapa bulan berdoa sudah merasa doanya tak didengar. Padahal penghalang terkabulnya doa adalah ketergesa-gesaan.
Orang seperti ini ibarat orang yang menabur benih tanaman, lalu ia jaga dan menyiraminya. Namun karena tak sabar, tetiba ia abaikan tanaman itu sehingga ia tak dapat apa-apa. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan: Saya telah berdoa, namun tidak dikabulkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lebih jauh lagi, soal aqidah, belajar agama, dan beramal. Jangan sampai kebodohan hinggap pada diri kita sampai menyimpulkan belajar agama itu buang-buang waktu saja. Ini bentuk investasi termahal, hasilnya sustain, begitu panjang, efek positifnya kemana-mana, yang mayoritasnya tak kita sadari. Dalam bahasa syar’i disebut keberkahan.
Mari belajar dari keluguan dan kepedean orang atheis yang mengatakan mereka tak mau beriman sampai benar-benar melihat tuhan secara kasat mata, sementara di sisi lain mereka bisa percaya mereka punya otak, padahal mereka tak pernah melihat otaknya sendiri.
Maka ingatlah bahwa kebanyakan manusia itu terpaku pada yang kasat mata, sedangkan orang cerdas akan selalu melihat tanda-tanda. Ia bukan tipikal sumbu pendek, pandangan dan visinya selalu jauh ke depan, sehingga ia tak salah jalan.
Jangan terlena dengan yang tangible, fokuslah pada yang lebih substansial, perkara-perkara intangible. Allahul musta’an.