Tazkiyah

Parameter Sukses Itu Kebermanfaatan

Sengaja melakukan beberapa eksperimen sederhana di beberapa media sosial dengan metode ‘terjun langsung’ untuk tahu gambaran algoritma terkini sekaligus gambaran umum gen Z. 

Meskipun sudah ada hipotesa, namun tetap kaget ketika tervalidasi.  Banyak dari anak muda (awam / yang belum ngaji secara benar) mempertontonkan kebodohannya dengan sok mencaci Islam, padahal jawabannya begitu mudah dan sederhana.

Mereka berbangga dengan parameter pencapaian yang kurang manfaat, egois, dan mengesankan inferioritas dirinya. Contoh kecil, pamer jalan-jalan. Tak lebih dan tak ada value lain yang diunggah, asal FOMO saja.

Ditambah di sisi lain mereka justru hobi mencela hal-hal yang memiliki manfaat besar. Ibarat anak kecil yang begitu yakin dan merasa mainannya lebih bernilai ketimbang selembar kertas cek 100 milyar.

Padahal dulu, parameter kesuksesan itu selalu dikaitkan dengan kebermanfaatan. Ayam saja, ketika pernah seorang sahabat mencelanya, Rasulullah langsung menegur pencelanya karena ayam memiliki manfaat. Sabda Nabi,

مه! كلا، إنَّه يدعوا إلى الصلاة

“Mah !!, sekali-kali jangan (mencela ayam), sesungguhnya ayam jantan membangunkan seseorang untuk mengerjakan shalat.” (HR. Al Bazzar, Shahih Targhib Wat Targhib 2799).

Al-Hafidz Ibn Hajar menukil keterangan Al-Hulaimi,

قال الحليمي يؤخذ منه أن كل من استفيد منه الخير لا ينبغي أن يسب ولا أن يستهان به بل يكرم ويحسن إليه …

Disimpulkan dari hadis ini bahwa semua yang bisa memberikan manfaat kebaikan, tidak selayaknya dicela dan dihina. Sebaliknya, dia dimuliakan dan disikapi dengan baik. … (Fathul Bari, 6/353).

Sekali lagi, parameter sukses itu seharusnya kebermanfaatan. Sedangkan tujuan akhirnya tentu kemenangan di akhirat. Sebagaimana kita tahu firman Allah,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ …

“Tiap jiwa akan mati. Dan di hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka sungguh ia mendapat KEMENANGAN. …”

Sekitar tahun 2017 kami pernah menulis perbandingan umum antara anak muda Turkiye dengan Indonesia, bahwa mereka ‘tidak lebih Islam’ daripada kita. Namun seiring waktu, jika kita abai sangat bisa kawula muda kita lebih parah gonjang-ganjingnya. 

Potensi demografi anak muda kita begitu besar, hanya saja kalau kualitasnya seburuk ini maka potensi dijajah bangsa lain juga justru semakin besar. Ada penyakit feodal kronis yang harus segera disembuhkan : egoisme dan inferiority. Dan tak ada obat ampuh untuk menyembuhkan ini kecuali pembenahan aqidah Islam yang benar. Allahul musta’an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *