Bersyukur Dalam Hal Detail
Kalau kita membaca ini dan menganggap ini hal biasa. Bisa jadi kita sangat perlu untuk mengubah dan mereset pola pikir kita.
Pernah dulu membawa rekan dari daerah ke kota dan mentraktirnya jus bermerk di sebuah mall. Singkat cerita ia minum hanya beberapa teguk dan membuangnya.
Pernah pula mentraktir rekan lain, dan setiap makanan ia kritisi kurang ini itu dan selalu disisakannya. Lain cerita, banyak orang memposisikan diri sebagai orang kurang mampu namun begitu royalnya ia mengkonsumsi barang tak fungsional seperti rokok, vape, skin game, depo judi, dan lain-lain. Sebagian mereka bangga dilabeli budak korporat, rela menunda tabungan dan menghamburkan harta hanya untuk kefomoan yang pasti segera menguap hilang.
Banyak manusia dalam hal detail, ia terlena dengan tak pernah mensyukurinya sehingga berangsur-angsur akan mengkerdilkan pola pikirnya dan ia sendirilah yang membatasi rizkinya. Itulah mengapa Allah Ta’ala berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Sangat sedikit sekali di antara hambaKu yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Maka bisa disimpulkan bahwa kekayaan dan kemiskinan itu sama-sama ujian, dan ternyata lebih membahayakan ujian kekayaan. Bayangkan jika mereka yang kurang bersyukur itu diberi banyak harta, tentu kerusakan darinya akan merentet kemana-mana.
Maka sungguh masih banyak yang belum mengenal Allah secara detail, mereka muslim namun angkuh, sombong, tak peka, sedikit sekali bersyukur. Padahal bersyukur itu ibadah, bersyukur adalah sifat orang beriman, sebab datangnya ridha Allah, sebab keselamatan dunia akhirat, dan sebab ditambahnya nikmat.
Cobalah untuk menata pola pikir kita kembali bahwa hakikat kekayaan itu di hati,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sedikit atau banyaknya harta bukanlah parameter kemuliaan. Sedikit atau banyaknya harta kalau itu membuat menjauh dari Allah, itulah sebenar-benar musibah. Bukti dan parameter kemuliaan itu bukan di dunia melainkan nanti di akhirat. Sedikit atau banyaknya harta kalau itu membuat kita semakin dekat dan semakin mengenal Allah maka itulah hakikat ‘blessing’, itulah hidayah dan taufiq Allah yang begitu mahal dan berharga.